Friday, 12 April 2013

Persipon Terancam Tanpa Sponsor

pontianak.tribunnews.com - Klub sepakbola kebanggaan masyarakat Kalbar, Persipon, terancam tanpa sponsor melakoni Liga Divisi Utama (LDU) PSSI musim 2013/2014. Hingga menjelang laga perdana menghadapi Persikota Tangerang, 17 April mendatang, tak ada satupun pihak yang bersedia menjadi sponsor.
Padahal, untuk musim pertamanya di LDU, Persipon harus mengantongi dana fresh Rp 5,1 miliar. 

"Tapi, jika tak memungkinkan, dengan dana Rp 4,6 miliar tanpa dana cadangan 10 persen, Persipon tetap bisa bertarung di Divisi Utama. Jadi, manajemen harus menyiapkan dana Rp 3,1 miliar di musim perdana ini," kata Direktur Eksekutif PT Persipon Elang Khatulistiwa, Heri Halidi, kepada Tribun, Minggu (7/4/2013) malam.

Ia menjelaskan, dana Rp 3,1 miliar itu sangat minim. Hanya cukup untuk menggaji 26 pemain plus official dan pelatih, per musim senilai Rp 1,8 miliar, pembiayaan laga 11 away (tandang) Rp 125 juta rupiah per pertandingan. Itu belum termasuk laga home yang juga 11 pertandingan.
Dengan asumsi, saat ini Persipon memiliki pinjaman Rp 2 miliar, manajemen PT Persipon Elang Khatulistiwa, masih memiliki kekurangan dana sekitar Rp 1,1 miliar.

Kekurangan ini menurut Heri, terus diupayakan untuk bisa ditutupi oleh manajemen. Di antaranya dengan menggandeng beberapa Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) seperti Bank 
Kalbar, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) semisal PTPN XIII, untuk jadi sponsor.
Heri menjelaskan PT Persipon bisa menjadi tim marketing Bank Kalbar jika ingin melakukan ekspansi ke seluruh wilayah di Indonesia. Sebab, Persipon punya 22 laga home-away di daerah berbeda di Jawa dan Sumatera.

"Jika Bank Kalbar bersedia jadi sponsor Persipon, kami akan memasang sponsor dan atribut Bank Kalbar di setiap stadion yang kami datangi. Saya berani janjikan hal tersebut, karena kami para pengelola tim di LDU musim 2013, sudah sepakat dan komit akan saling membantu antarsesama tim," papar Heri.

Hal senada juga diutarakan Direktur Utama PT Persipon Elang Khatulistiwa, Roesman Nilam. Roesman berharap perusahaan-perusahaan yang ada di Kalbar bisa memberikan sumbangsihnya untuk kemajuan Persipon dengan menjadi sponsor. "Tak hanya milik swasta, kami juga berharap dari BUMD di Kalbar. Bank Kalbar dan PDAM sudah memberikan sinyal positif," katanya.
Sumber Alternatif 

Bagaimana jika gagal menggaet sponsorship? Heri Halidi mengingatkan tujuan didirikannya PT Persipon Elang Khatulistiwa adalah untuk menopang aktivitas Persipon. Langkah alternatif dan antisipasi sudah disipakan manejemen.

Pertama, seluruh pengurus, pemegang saham, pengusaha di Kalbar akan diajak menjadi orangtua asuh masing-masing pemain. Caranya, masing-masing yang terlibat akan diminta menanggung biaya gaji satu atau dua pemain, selama satu musim kompetisi. Besarannya antara Rp 40 juta hingga Rp 80 juta per musim, sebagai kontribusi mereka ke Persipon.

Jika langkah tersebut masih dianggap belum cukup meyakinkan, pihaknya akan menyaipkan strategi kedua. Manajemen menurut Heri akan menghadap Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, agar PT Persipon yang bisa jadi mitra Pemkot Pontianak dalam konteks bisnis.

Contohnya, PT Persipon Elang Khatulistiwa bisa mengelola iklan dan reklame yang selama ini menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pontianak. Ketiga, Pemkot bisa memberikan proyek pembangunan skala kecil. "Kalau diberikan kepercayaan, Pemkot Pontianak bisa memberikan proyek penunjukkan langsung (PL) kepada kami. Untuk saat ini, kami masih mengincar proyek skala kecil yang berkisar Rp 100 juta-Rp 200 juta. Tentu, kami tidak akan membenturkan diri dengan pihak-pihak yang selama ini lebih dulu terjun di lahan PL," kata Heri.

Jika langkah-langkah tersebut juga tidak bisa, maka mau tidak mau, PT Persipon akan terjun menekuni bisnis sepakbola. Di antaranya menjual partai big match Persipon ke pihak stasiun televisi. Pada LDU musim 2013, Persipon akan bertemu beberapa tim yang memiliki nilai jual di sepakbola nasional. 

Sebut saja, Persitara Jakarta Utara dan PSMS Medan. "Dua kesebelasan ini tentu punya daya tarik tersediri bagi penikmat sepakbola Kalbar, jika berhadapan dengan Persipon dan disiarkan secara live (langsung)," papar Heri.

Opsi yang akan ia tawarkan adalah kontrak kerjasama dengan TVRI Kalbar atau Khatulistiwa TV. Caranya lewat keterlibatan pihak ketiga. Dalam hal ini, pihaknya membidik Aneka Motor (Main Dealer Yamaha Kalbar) dan pihak-pihak lain. 

"Satu kali tayang di TVRI, kami perkirakan Persipon harus menyiapkan dana berkisar Rp 18-20 juta, sedangkan di Khatulistiwa TV berkisar Rp 8-10 juta rupiah. Logo pihak ketiga akan terpampang di stadion selama pretandingan," katanya.

Langkah terakhir adalah PT Persipon Elang Khatulistiwa akan menggandeng Credit Union (CU) di Kalbar. Hanya, Heri belum menyiapkan bentuk kerjasamanya seperti apa.
Sistem Gaji

Tidak hanya mengandalkan pemasukan dari hak siar pertandingan, Heri Halidi juga akan mencoba memaksimalkan income lewat jersey Persipon dan tiket pertandingan. Untuk jersey, hijau (home) dan merah (away) dengan harga tiket kemungkinan berkisar Rp 50 ribu karena tempat duduk penonton (di luar VIP) hanya berkisar 600 orang. 

Tiket VIP seharga Rp 2 juta untuk satu musim (11 pertandingan) dengan harga per pertandingan Rp 175 ribu. Tiket yang dicetak sebanyak 1.000 lembar, yang akan dipakai sebagai sumber pendanaan Persipon.

Meski sampai detik ini, Persipon belum mendapat kepastian sponsor di LDU Musim 2013/2014, Dirut PT Persipon Elang Khatulistiwa, Roesman Nilam, menegaskan manejemen tidak akan mengabaikan kontrak yang telah disepakati.

Gaji pemain dan official tim tidak akan terbengkalai. "Mengenai gaji, kami memang tak pernah menggaransi teman-teman di klub, bahwa tidak akan ada penundaan gaji. Tapi, kalaupun nanti terjadi penundaan, kami tetap komit akan membayar tuntas gaji tersebut. Masalah penundaan sekitar sepekan, untuk klub yang kondisi keuangannya masih minim, saya pikir masih lumrah," papar Roesman.

Roesman menjelaskan besaran nilai kontrak setiap pemain lokal yang akan membela Persipon di musim perdana LDU PSSI Musim 2013/2014, akan sama. Dengan durasi waktu kompetisi berkisar 6 bulan, terhitung April hingga September, setiap pemain akan menerima gaji Rp 4 juta per bulan. 

Nilai kontrak pemain terbesar kemungkinan akan dipegang mantan striker Timnas, Kurniawan Dwi Yulianto, yang baru akan bergabung bersama Persipon, Jumat (12/4) besok. Kurniawan mematok kontrak Rp 350 juta, sementara manajemen Persipon menyediakan hingga Rp 200 juta.
Secara umum, sistem pembayaran gaji pemain, dalam empat kategori untuk kontrak berdurasi 10 bulan. Pertama Level 1 senilai Rp 1,5 juta (bukan sistem kontrak melainkan semacam upah bulanan), Level 2 senilai Rp 3,5 juta (sistem dikontrak), Level 3 senilai Rp 4,5 juta (sistem kontrak), dan Level 4 (groove) senilai Rp 6 juta (sistem kontrak khusus pemain tim inti).

Gaji dibayar per bulan, tidak dibayar dimuka, karena memberikan kesempatan kepada pemain, jika selama musim berjalan mereka mendapat tawaran dari klub lain, mereka bisa menerima tawaran dengan perhitungan sisa gaji.
Belum Siap

Tribun mencoba mengkonfirmasi sejumlah pihak yang disebut manejemen PT Persipon untuk kepentingan sponsorship. Tiga di antaranya, Bank Kalbar, PDAM Kota Pontianak, dan Khatulistiwa TV.

Manajemen Bank Kalbar, mengatakan saat ini, mereka baru bisa membantu untuk cabang olahraga sepeda. Sementara untuk cabang sepak bola termasuk, Persipon, belum siap. Meski pun Bank Kalbar tahu Pesipon masuk Liga Divisi Utama. 

"Hingga saat ini, tidak ada rencana kita untuk membantu Persipon. Jika pun ada pengajuan kepada kita, harus kita bahas dulu," kata satu di antara Pimpinan Bank Kalbar yang enggan menyebutkan namanya saat di komfirmasi di ruang kerjanya, Senin (8/4).

Hal yang sama juga diutarakan manejemen PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak. "Untuk kita saja, terkait kesejahteraan karyawan masih harus dibenahi. Bagaimana kita bisa membantu Persipon saat ini," kata seorang Direktur PDAM Pontianak yang juga tak ingin namanya disebut.

Ia menjelaskan ketidaksiapan PDAM dilandasi kondisi keuangannya yang masih sulit. Sebab masih ada tunggakan pelanggan, PDAM juga harus meningkatkan pelayanan baik dari segi pembangunan fasilitas maupun kualitas produksi agar masyarakat terlayani maksimal.

"Anggaran untuk Persipon itu pasti cukup besar. Jadi kita belum siap. Kita benahi urusan kita dulu," tegasnya.

Stasiun Manager Khatulistiwa TV, Darojatun, menegaskan sejak tahun lalu, stasiun televisi yang menyiarkan pertandingan Persipon hanya Khatulistiwa TV. Ia menilai fenomena ini sudah cukup menunjukkan kepedulian Khatulistiwa TV terhadap Persipon. 

Namun, situasinya kini berbeda karena Khatulistiwa TV diminta menyiarkan live. Jadi terdapat biaya-biaya tambahan yang tak bisa dihindari dan wajar. "Bahkan sudah dijelaskan item-item yang membuat harga agak tinggi. Sepertinya, pihak Persipon tidak siap dengan harga yang kami tawarkan," kata Darojatun.

Ia menjelaskan Khatulistiwa TV memberikan beberapa opsi jika Persipon tidak siap membayar biaya untuk live. Opsi tersebut yakni menawarkan paket liputan sederhana seperti pada musim kompetisi lalu. 

"Kami tayangkan paket berita pra event dan sesudah event. Tidak hanya pelatih dan pemain, supporter juga akan kami liput. Kami sudah terbiasa liputan seperti itu. Kami akan teruskan dengan kontrak yang jauh lebih murah," paparnya.

Ia menegaskan, Khatulistiwa TV juga membuka kesempatan kepada televisi lain. Artinya, jika ada televisi lain yang mempunyai kemampuan lebih baik dan berbiaya lebih murah, Khatulistiwa TV tidak menutup jalan bagi mereka.

"Saya tegaskan, bukan karena memanfaatkan situasi Persipon yang lagi naik lalu harganya ditinggikan. Ini memang benar-benar biaya yang wajar. Persipon belum siap untuk itu," ujarnya. 

Imbau Perusahaan

Selain pihak swasta, BUMD, dan BUMN, manajemen PT Persipon Elang Khatulistiwa juga berharap banyak dari Pemkot Pontianak. Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, mengimbau perusahaan-perusahaan di Kalbar untuk mendukung kesuksesan Persipon.

"Saya harap perusahaan lain bisa membantu dana untuk Persipon. Agar Persipon tetap bisa berlaga di Divisi Utama dan terus sukses ke depannya," kata Sutarmidji kepada Tribun, Rabu (10/4).

Kepedulian perusahaan, seperti BUMN dan BUMD dibutuhkan karena saat ini, Persipon sudah jadi klub profesional dikelola perusahaan. Jadi tidak bisa lagi mendapatkan anggaran dari pemerintah (APBD). "Seperti Pelindo dan Bank Kalbar kan bisa menjadi seponsor Persipon. Jadi ayo kita sama-sama, keroyokan untuk membiayai kompetisi Persipon di Divisi Utama," ajaknya.

Ia menjelaskan untuk operasional, membayar pemain dan lain sebagainya Persipon membutuhkan biaya sekitar Rp 6 miliar. Jadi, diperlukan banyak keterlibatan sponsor atau pihak ketiga. "Kalau ada yang bayar pelatih, bayar pemain, dan lain-lainnya pasti jadi ringan. Kasihan jika direksi dan beberapa teman lainnya yang harus mencari dan menopang Persipon semuanya," kata Sutarmidji.
Ia mengaku sedang berusaha mencari bantuan kepada perusahaan-perusahaan lain. Bahkan rata-rata perusahaan sudah diajukan proposal permohonan bantuan. Namun, hingga saat ini perusahaan tersebut belum ada yang menanggapi karena masih mengkaji proposalnya.

"Kita tetap akan berusaha sebisa mungkin. Kita akan keluarkan tiket dan mudah-mudahan masyarakat mau ikut membantu atau menyumbang untuk keberhasilan Persipon ini," katanya.
Ia juga mendengar Bank Kalbar belum bisa membantu Persipon untuk tahun ini. Tapi, ia tetap berharap Bank Kalbar dan perusahaan lain bisa membantu Persipon. "Perkembangan Persipon sudah cukup bagus. Jadi harus terus kita tingkatkan. Semua itu perlu partisipasi semua pihak," imbuhnya.

Ia menjelaskan selama ini tidak pernah meminta apa-apa kepada BUMN seperti PT Pelindo. Ia meminta bantuan untuk Persipon juga sebenarnya untuk perusahaan itu sendiri. Sebab jika menjadi sponsor Persipon, pasti akan ada nilai promosi. "Seperti Bank Kalbar. Jika menjadi sponsor Persipon, pasti akan tersebar seluruh Indonesia. Itu kan mempromosikan mereka juga," tutur Sutarmidji. 


 
Design by ThemeShift | Edited by Daily Herza | Pasang Iklan Disini