pontianak.tribunnews.com - Klub sepakbola kebanggaan masyarakat Kalbar, Persipon, terancam tanpa sponsor melakoni Liga Divisi Utama (LDU) PSSI musim 2013/2014. Hingga menjelang laga perdana menghadapi Persikota Tangerang, 17 April mendatang, tak ada satupun pihak yang bersedia menjadi sponsor.
Padahal, untuk musim pertamanya di LDU, Persipon harus mengantongi dana fresh Rp 5,1 miliar.
"Tapi,
jika tak memungkinkan, dengan dana Rp 4,6 miliar tanpa dana cadangan 10
persen, Persipon tetap bisa bertarung di Divisi Utama. Jadi, manajemen
harus menyiapkan dana Rp 3,1 miliar di musim perdana ini," kata Direktur
Eksekutif PT Persipon Elang Khatulistiwa, Heri Halidi, kepada Tribun,
Minggu (7/4/2013) malam.
Ia menjelaskan, dana
Rp 3,1 miliar itu sangat minim. Hanya cukup untuk menggaji 26 pemain
plus official dan pelatih, per musim senilai Rp 1,8 miliar, pembiayaan
laga 11 away (tandang) Rp 125 juta rupiah per pertandingan. Itu belum
termasuk laga home yang juga 11 pertandingan.
Dengan asumsi,
saat ini Persipon memiliki pinjaman Rp 2 miliar, manajemen PT Persipon
Elang Khatulistiwa, masih memiliki kekurangan dana sekitar Rp 1,1
miliar.
Kekurangan ini menurut Heri, terus
diupayakan untuk bisa ditutupi oleh manajemen. Di antaranya dengan
menggandeng beberapa Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) seperti Bank
Kalbar, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) semisal PTPN XIII, untuk jadi sponsor.
Heri
menjelaskan PT Persipon bisa menjadi tim marketing Bank Kalbar jika
ingin melakukan ekspansi ke seluruh wilayah di Indonesia. Sebab,
Persipon punya 22 laga home-away di daerah berbeda di Jawa dan Sumatera.
"Jika
Bank Kalbar bersedia jadi sponsor Persipon, kami akan memasang sponsor
dan atribut Bank Kalbar di setiap stadion yang kami datangi. Saya berani
janjikan hal tersebut, karena kami para pengelola tim di LDU musim
2013, sudah sepakat dan komit akan saling membantu antarsesama tim,"
papar Heri.
Hal senada juga diutarakan Direktur
Utama PT Persipon Elang Khatulistiwa, Roesman Nilam. Roesman berharap
perusahaan-perusahaan yang ada di Kalbar bisa memberikan sumbangsihnya
untuk kemajuan Persipon dengan menjadi sponsor. "Tak hanya milik swasta,
kami juga berharap dari BUMD di Kalbar. Bank Kalbar dan PDAM sudah
memberikan sinyal positif," katanya.
Sumber Alternatif
Bagaimana
jika gagal menggaet sponsorship? Heri Halidi mengingatkan tujuan
didirikannya PT Persipon Elang Khatulistiwa adalah untuk menopang
aktivitas Persipon. Langkah alternatif dan antisipasi sudah disipakan
manejemen.
Pertama, seluruh pengurus, pemegang
saham, pengusaha di Kalbar akan diajak menjadi orangtua asuh
masing-masing pemain. Caranya, masing-masing yang terlibat akan diminta
menanggung biaya gaji satu atau dua pemain, selama satu musim kompetisi.
Besarannya antara Rp 40 juta hingga Rp 80 juta per musim, sebagai
kontribusi mereka ke Persipon.
Jika langkah
tersebut masih dianggap belum cukup meyakinkan, pihaknya akan menyaipkan
strategi kedua. Manajemen menurut Heri akan menghadap Wali Kota
Pontianak, Sutarmidji, agar PT Persipon yang bisa jadi mitra Pemkot
Pontianak dalam konteks bisnis.
Contohnya, PT
Persipon Elang Khatulistiwa bisa mengelola iklan dan reklame yang selama
ini menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pontianak. Ketiga,
Pemkot bisa memberikan proyek pembangunan skala kecil. "Kalau diberikan
kepercayaan, Pemkot Pontianak bisa memberikan proyek penunjukkan
langsung (PL) kepada kami. Untuk saat ini, kami masih mengincar proyek
skala kecil yang berkisar Rp 100 juta-Rp 200 juta. Tentu, kami tidak
akan membenturkan diri dengan pihak-pihak yang selama ini lebih dulu
terjun di lahan PL," kata Heri.
Jika
langkah-langkah tersebut juga tidak bisa, maka mau tidak mau, PT
Persipon akan terjun menekuni bisnis sepakbola. Di antaranya menjual
partai big match Persipon ke pihak stasiun televisi. Pada LDU musim
2013, Persipon akan bertemu beberapa tim yang memiliki nilai jual di
sepakbola nasional.
Sebut saja, Persitara
Jakarta Utara dan PSMS Medan. "Dua kesebelasan ini tentu punya daya
tarik tersediri bagi penikmat sepakbola Kalbar, jika berhadapan dengan
Persipon dan disiarkan secara live (langsung)," papar Heri.
Opsi
yang akan ia tawarkan adalah kontrak kerjasama dengan TVRI Kalbar atau
Khatulistiwa TV. Caranya lewat keterlibatan pihak ketiga. Dalam hal ini,
pihaknya membidik Aneka Motor (Main Dealer Yamaha Kalbar) dan
pihak-pihak lain.
"Satu kali tayang di TVRI,
kami perkirakan Persipon harus menyiapkan dana berkisar Rp 18-20 juta,
sedangkan di Khatulistiwa TV berkisar Rp 8-10 juta rupiah. Logo pihak
ketiga akan terpampang di stadion selama pretandingan," katanya.
Langkah
terakhir adalah PT Persipon Elang Khatulistiwa akan menggandeng Credit
Union (CU) di Kalbar. Hanya, Heri belum menyiapkan bentuk kerjasamanya
seperti apa.
Sistem Gaji
Tidak hanya
mengandalkan pemasukan dari hak siar pertandingan, Heri Halidi juga akan
mencoba memaksimalkan income lewat jersey Persipon dan tiket
pertandingan. Untuk jersey, hijau (home) dan merah (away) dengan harga
tiket kemungkinan berkisar Rp 50 ribu karena tempat duduk penonton (di
luar VIP) hanya berkisar 600 orang.
Tiket VIP
seharga Rp 2 juta untuk satu musim (11 pertandingan) dengan harga per
pertandingan Rp 175 ribu. Tiket yang dicetak sebanyak 1.000 lembar, yang
akan dipakai sebagai sumber pendanaan Persipon.
Meski
sampai detik ini, Persipon belum mendapat kepastian sponsor di LDU
Musim 2013/2014, Dirut PT Persipon Elang Khatulistiwa, Roesman Nilam,
menegaskan manejemen tidak akan mengabaikan kontrak yang telah
disepakati.
Gaji pemain dan official tim tidak
akan terbengkalai. "Mengenai gaji, kami memang tak pernah menggaransi
teman-teman di klub, bahwa tidak akan ada penundaan gaji. Tapi, kalaupun
nanti terjadi penundaan, kami tetap komit akan membayar tuntas gaji
tersebut. Masalah penundaan sekitar sepekan, untuk klub yang kondisi
keuangannya masih minim, saya pikir masih lumrah," papar Roesman.
Roesman
menjelaskan besaran nilai kontrak setiap pemain lokal yang akan membela
Persipon di musim perdana LDU PSSI Musim 2013/2014, akan sama. Dengan
durasi waktu kompetisi berkisar 6 bulan, terhitung April hingga
September, setiap pemain akan menerima gaji Rp 4 juta per bulan.
Nilai
kontrak pemain terbesar kemungkinan akan dipegang mantan striker
Timnas, Kurniawan Dwi Yulianto, yang baru akan bergabung bersama
Persipon, Jumat (12/4) besok. Kurniawan mematok kontrak Rp 350 juta,
sementara manajemen Persipon menyediakan hingga Rp 200 juta.
Secara
umum, sistem pembayaran gaji pemain, dalam empat kategori untuk kontrak
berdurasi 10 bulan. Pertama Level 1 senilai Rp 1,5 juta (bukan sistem
kontrak melainkan semacam upah bulanan), Level 2 senilai Rp 3,5 juta
(sistem dikontrak), Level 3 senilai Rp 4,5 juta (sistem kontrak), dan
Level 4 (groove) senilai Rp 6 juta (sistem kontrak khusus pemain tim
inti).
Gaji dibayar per bulan, tidak dibayar
dimuka, karena memberikan kesempatan kepada pemain, jika selama musim
berjalan mereka mendapat tawaran dari klub lain, mereka bisa menerima
tawaran dengan perhitungan sisa gaji.
Belum Siap
Tribun
mencoba mengkonfirmasi sejumlah pihak yang disebut manejemen PT
Persipon untuk kepentingan sponsorship. Tiga di antaranya, Bank Kalbar,
PDAM Kota Pontianak, dan Khatulistiwa TV.
Manajemen
Bank Kalbar, mengatakan saat ini, mereka baru bisa membantu untuk
cabang olahraga sepeda. Sementara untuk cabang sepak bola termasuk,
Persipon, belum siap. Meski pun Bank Kalbar tahu Pesipon masuk Liga
Divisi Utama.
"Hingga saat ini, tidak ada
rencana kita untuk membantu Persipon. Jika pun ada pengajuan kepada
kita, harus kita bahas dulu," kata satu di antara Pimpinan Bank Kalbar
yang enggan menyebutkan namanya saat di komfirmasi di ruang kerjanya,
Senin (8/4).
Hal yang sama juga diutarakan
manejemen PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak. "Untuk kita saja, terkait
kesejahteraan karyawan masih harus dibenahi. Bagaimana kita bisa
membantu Persipon saat ini," kata seorang Direktur PDAM Pontianak yang
juga tak ingin namanya disebut.
Ia menjelaskan
ketidaksiapan PDAM dilandasi kondisi keuangannya yang masih sulit. Sebab
masih ada tunggakan pelanggan, PDAM juga harus meningkatkan pelayanan
baik dari segi pembangunan fasilitas maupun kualitas produksi agar
masyarakat terlayani maksimal.
"Anggaran untuk Persipon itu pasti cukup besar. Jadi kita belum siap. Kita benahi urusan kita dulu," tegasnya.
Stasiun
Manager Khatulistiwa TV, Darojatun, menegaskan sejak tahun lalu,
stasiun televisi yang menyiarkan pertandingan Persipon hanya
Khatulistiwa TV. Ia menilai fenomena ini sudah cukup menunjukkan
kepedulian Khatulistiwa TV terhadap Persipon.
Namun,
situasinya kini berbeda karena Khatulistiwa TV diminta menyiarkan live.
Jadi terdapat biaya-biaya tambahan yang tak bisa dihindari dan wajar.
"Bahkan sudah dijelaskan item-item yang membuat harga agak tinggi.
Sepertinya, pihak Persipon tidak siap dengan harga yang kami tawarkan,"
kata Darojatun.
Ia menjelaskan Khatulistiwa TV
memberikan beberapa opsi jika Persipon tidak siap membayar biaya untuk
live. Opsi tersebut yakni menawarkan paket liputan sederhana seperti
pada musim kompetisi lalu.
"Kami tayangkan
paket berita pra event dan sesudah event. Tidak hanya pelatih dan
pemain, supporter juga akan kami liput. Kami sudah terbiasa liputan
seperti itu. Kami akan teruskan dengan kontrak yang jauh lebih murah,"
paparnya.
Ia menegaskan, Khatulistiwa TV juga
membuka kesempatan kepada televisi lain. Artinya, jika ada televisi lain
yang mempunyai kemampuan lebih baik dan berbiaya lebih murah,
Khatulistiwa TV tidak menutup jalan bagi mereka.
"Saya
tegaskan, bukan karena memanfaatkan situasi Persipon yang lagi naik
lalu harganya ditinggikan. Ini memang benar-benar biaya yang wajar.
Persipon belum siap untuk itu," ujarnya.
Imbau Perusahaan
Selain
pihak swasta, BUMD, dan BUMN, manajemen PT Persipon Elang Khatulistiwa
juga berharap banyak dari Pemkot Pontianak. Wali Kota Pontianak,
Sutarmidji, mengimbau perusahaan-perusahaan di Kalbar untuk mendukung
kesuksesan Persipon.
"Saya harap perusahaan
lain bisa membantu dana untuk Persipon. Agar Persipon tetap bisa berlaga
di Divisi Utama dan terus sukses ke depannya," kata Sutarmidji kepada
Tribun, Rabu (10/4).
Kepedulian perusahaan,
seperti BUMN dan BUMD dibutuhkan karena saat ini, Persipon sudah jadi
klub profesional dikelola perusahaan. Jadi tidak bisa lagi mendapatkan
anggaran dari pemerintah (APBD). "Seperti Pelindo dan Bank Kalbar kan
bisa menjadi seponsor Persipon. Jadi ayo kita sama-sama, keroyokan untuk
membiayai kompetisi Persipon di Divisi Utama," ajaknya.
Ia
menjelaskan untuk operasional, membayar pemain dan lain sebagainya
Persipon membutuhkan biaya sekitar Rp 6 miliar. Jadi, diperlukan banyak
keterlibatan sponsor atau pihak ketiga. "Kalau ada yang bayar pelatih,
bayar pemain, dan lain-lainnya pasti jadi ringan. Kasihan jika direksi
dan beberapa teman lainnya yang harus mencari dan menopang Persipon
semuanya," kata Sutarmidji.
Ia mengaku sedang berusaha mencari
bantuan kepada perusahaan-perusahaan lain. Bahkan rata-rata perusahaan
sudah diajukan proposal permohonan bantuan. Namun, hingga saat ini
perusahaan tersebut belum ada yang menanggapi karena masih mengkaji
proposalnya.
"Kita tetap akan berusaha sebisa
mungkin. Kita akan keluarkan tiket dan mudah-mudahan masyarakat mau ikut
membantu atau menyumbang untuk keberhasilan Persipon ini," katanya.
Ia
juga mendengar Bank Kalbar belum bisa membantu Persipon untuk tahun
ini. Tapi, ia tetap berharap Bank Kalbar dan perusahaan lain bisa
membantu Persipon. "Perkembangan Persipon sudah cukup bagus. Jadi harus
terus kita tingkatkan. Semua itu perlu partisipasi semua pihak,"
imbuhnya.
Ia menjelaskan selama ini tidak
pernah meminta apa-apa kepada BUMN seperti PT Pelindo. Ia meminta
bantuan untuk Persipon juga sebenarnya untuk perusahaan itu sendiri.
Sebab jika menjadi sponsor Persipon, pasti akan ada nilai promosi.
"Seperti Bank Kalbar. Jika menjadi sponsor Persipon, pasti akan tersebar
seluruh Indonesia. Itu kan mempromosikan mereka juga," tutur
Sutarmidji.